Pages - Menu

Pages

Pages

Selasa, 18 Maret 2014

Transmisi otomatis motor matic/ CVT

 
System CVT (Continuously Variable Transmission) memberikan rangsangan yang baik untuk perkembangan dunia otomotif khususnya sepeda motor di tanah air. System ini dirancang untuk menopang desain dari sebuah motor yang mempunyai performa bagus, elegan dan dinamis. Namun kehandalannya patut diacungkan jempol, walaupun banyak yang beranggapan bahwa motor matic adalah motor bernuansa boros dan pantasnya hanya untuk kaum Hawa. 

Lepas dari itu teknologi ini diciptakan untuk memberikan kenyamanan bagi penggunanya, bukanlah ketakutan akan putusnya V-belt. Adalah teknologi CVT dari Yamaha, teknologi motor matic pertama ini menampilkan wajah yang tidak asing lagi dan familiar.
System CVT (Continuously Variable Transmission) adalah sebuah sistim transmisi otomatis yang membuat moment dan percepatan berbeda pada setiap tenaga sentripugal yang diciptakan oleh kopling dengan perubahan variabel kecepatan dan momen yang kontinue selama adanya tenaga putar dari engine. Sistim ini menempatkan jenis kopling sentripugal sebagai acuan terciptanya perbedaan antara input dan output dari engine. 

Dorongan rangsangannya sama seperti transmisi manual biasa, tapi perubahan tenaga dan putaran berangkat dari tenaga mesin pada pulley primer diteruskan oleh V-belt menuju kopling ke pulley sekunder yang selanjutnya kopling akan meneruskan tenaga putarnya ke as roda belakang. Gaya sentripugal kopling inilah yang merangsang moment dan putaran menjadi sebuah perbandingan antara momon dan putaran secara variabel dan kontinue. Inilah yang memungkinkan otomatisasi dari perubahan yang bukan berasal dari rasio roda gigi transmisi, tapi rasio pulley primer dan sekunder. 

Semua komponen terdapat pada rumah CVT bentuknya adalah lengan ayun sebelah kiri, yang terlihat begitu besar dan berat. Terdapat tiga komponen utama yaitu pulley primer (drive pulley), pulley sekunder (driven pulley) dan V-belt. Pulley primer  dihubungkan ke crankshaft engine, sedangkan pulley sekunder dihubungkan ke as-roda oleh V-belt.

Pada saat stationer atau putaran rendah, pulley primer memiliki radius yang kecil dibandingkan dengan pulley sekunder atau rasio gigi ringan. Seiring dengan bertambahnya putaran mesin (rpm), maka pulley primer radiusnya juga ikut membesar sedangkan pulley sekunder justru mengecil atau sama dengan rasio gigi berat. Untuk kerja V-belt hanya menghubungkan kedua pulley tersebut agar dapat berjalan secara bergantian. Jadi saat pulley primser membesar maka yang menyebabkan sekunder mengecil adalah karena desakan dari v-belt, karena panjang v-belt selalu sama pada proses ini karena kedua pulley tersebut bisa bergerak membuat rasio V-belt yang berbeda.
 
 


 
Gambar tersebut menunjukkan kerja putaran stasioner sampai putaran tinggi pada perubahan rasio pada kedua pulley dengan bergeraknya V-belt naik dan turun mengikuti momen torsi yang terjadi.

Berikut adalah kondisi pulley sekunder yang mempunyai torque cam yang begerak menggeser, ini terjadi perubahan geseran torque cam apabila mengalami kondisi beban ringan maupun kondisi akselerasi dan menanjak.

Beban mesin dan roda belakang akan selaras apabila pergerakkan torque cam tidak terjadi kendala, dimana pulley sekunder akan mengikuti pola tenaga dari mesin baik itu membuat rasio maupun menguncinya.

Demikian mudah-mudahan perkembangan teknologi motor matic di Indonesia semakin pesat dan menjadikan kenyaman bagi penggunanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar