TUGAS HUKUM INDUSTRI
INDUSTRI MATERIAL (KERAMIK)
Di susun oleh:
Di susun oleh:
Jen Juandy
09321008
Teknik mesin
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
2011/2012
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmatnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Material Teknik. Makalah Material Teknik ini disusun sebagai salah satu syarat penilaian dalam mata kuliah Material Teknik yang menjadi mata kuliah softskill, dengan mkalah ini mahasiswa menulis bisa dijadikan acuan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan teknik,khususnya mahasiswa teknik mesin. Penulis mengakui adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari para pembaca agar penulis dapat menyempurnakan penulisan makalah ini.
Bandar Lampung 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
KERAMIK
Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk berbagai aplikasi termasuk : kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah. Tahan korosi Sifat listriknya dapat insolator, semikonduktor, konduktor bahkan superkonduktor Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik Keras dan kuat, namun rapuh. Dua jenis ikatan dapat terjadi dalam keramik, yakni ikatan ionik dan kovalen. Sifat keseluruhan material bergantung pada ikatan yang dominan.
Klasifikasi Bahan keramik dapat dibedakan menjadi dua
kelas : kristalin dan amorf (non kristalin). Dalam material kristalin terdapat
keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh, sedang dalam material amorf mungkin
keteraturan jarak pendeknya ada, namun pada jarak jauh keteraturannya tidak
ada.
Beberapa keramik dapat berada dalam kedua bentuk
tersebut, misalnya SiO2, (lihat gambar, a struktur yang kristalin, b amorf). Jenis
ikatan yang dominan (ionik atau kovalen) dan struktur internal (kristalin atau
amorf) mempengaruhi sifat-sifat bahan
keramik. Sifat termal Sifat termal penting bahan keramik adalah kapasitas
panas, koefisien ekspansi termal, dan konduktivitas termal.
Kapasitas panas bahan adalah kemampuan bahan untuk
mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan
antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut. Keramik
biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan. Jadi getaran-getaran
atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat maka getaran
yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu banyak pada kisi
kristalnya.
Hantaran panas dalam padatan melibatkan transfer
energi antar atom-atom yang bervibrasi. Vibrasi atom akan mempengaruhi gerakan
atom-atom lain di tetangganya dan hasilnya adalah gelombang yang bergerak
dengan kecepatan cahaya yakni fonon. Fonon bergerak dalam bahan sampai
terhambur baik oleh interaksi fonon-fonon maupun cacat kristal. Keramik amorf
yang mengandung banyak cacat kristal menyebabkan fonon selalu terhambur
sehingga keramik merupakan konduktor panas yang buruk. Mekanisme hantaran panas
oleh elektron, yang dominan pada logam, tidak dominan di keramik karena
elektron di keramik sebagian besar terlokalisasi.
Contoh paling baik penggunaan keramik untuk insulasi
panas adalah pada pesawat ruang angkasa. Hampir semua permukaan pesawat
tersebut dibungkus keramik yang terbuat dari serat silika amorf. Titik leleh
aluminium adalah 660 oC. Ubin menjaga suhu tabung pesawat yang terbuat dari Al
pada atau dibawah 175 oC, walaupun eksterior pesawat mencapau 1400 oC. Sifat
Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat
ditransmisikan, diabsorbsi, atau dipantulkan. Bahan bervariasi dalam kemampuan
untuk mentransmisikan cahaya, dan biasanya dideskripsikan sebagai transparan,
translusen, atau opaque. Material yang transparan, seperti gelas,
mentransmisikan cahaya dengan difus, seperti gelas terfrosted, disebut bahan
translusen. Batuan yang opaque tidak mentransmisikan cahaya.
Dua mekanisme penting interaksi cahaya dengan partikel dalam padatan adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar tingkat energi. Polarisasi adalah distorsi awan elektron atom oleh medan listrik dari cahaya. Sebagai akibat polarisasi, sebagian energi dikonversikan menjadi deformasi elastik (fonon), dan selanjutnya panas.
Seperti dalam atom elektron-elektron dalam bahan berada dalam tingkat-tingkat energi tertentu. Absorbsi energi menghasilkan perpindahan elektron dari tingkat dasar ke tingkat tereksitasi. Ketika elektron kembali ke keadaan dasar disertai dengan pemancaran radiasi elektromagnetik.
Dalam padatan elektron yang energinya tertinggi ada dalam orbital-orbital dalam pita valensi dan orbital-orbital yang tidak terisi biasanya dalam pita konduksi. Gap antara pita valensi dan pita konduksi disebut gap energi.
Range energi cahaya tampak 1,8 sampai 3,1 eV. Bahan dengan gap energi di daerah ini akan mengabsorbsi energi yang berhubungan. Bahan itu akan tampak transparan dan berwarna. Contohnya, gap energi CdS sekitar 2,4 eV dan mengabsorbsi komponen cahaya biru dan violet dari sinar tampak.tampak bahan tersebut berwarna kuning-oranye.
Bahan dengan gap energi kurang dari 1,8 eV akan
opaque, sebab semua cahaya tampak akan diabsorbsi. Material dengan gap energi
lebih besar 3,1 eV tidak akan menyerap range sinar tampak dan akan tampak
transparan dan tak berwarna. Cahaya yang diemisikan dari transisi elektron
dalam padatan disebut luminesensi. Bila terjadi dalam selang waktu yang pendek
disebut flouresensi, bila didalam selang waktu yang lebih panjang disebut
fosforisensi. Cahaya yang ditransmisikan dari satu medium ke medium lain,
misalnya dari gelas ke air akan mengalami pembiasan. Pembelokan cahaya ini adalah
akibat perubahan kecepatan rambat yang asal mulanya dari polarisasi elektronik.
Karena polarisasi meningkat dengan naiknya ukuran atom. Gelas yang mengandung
ion-ion berat (seperti kristal timbal) memiliki indeks bias yang lebih besar
dari gelas yang mengandung atom-atom ringan (seperti gelas soda).
Hamburan cahaya internal dalam bahan yang sebenarnya
transparan mungkin dapat mengakibatkan bahan menjadi translusen atau opaque.
Hamburan semacam ini terjadi antara lain di batas butiran, batas fasa, dan pori-pori.
Banyak aplikasi memanfaatkan sifat optik bahan keramik ini. Transparansi gelas membuatnya bermanfaat untuk jendela, lensa, filter, alat masak, alat lab, dan objek-objek seni. Pengubahan antara cahaya dan listrik adalah dasar penggunaan bahan semikonduktor seperti GaAs dalam laser dan meluasnya penggunaan LED dalam alat-alat elektronik. Keramik fluoresensi dan fosforisensi digunakan dalam lampu-lampu listrik dan layar-layar tv.
Akhirnya serat optik mentransmisikan percakapan
telepon dan data komputer yang didasarkan
atas refleksi internal total sinyal cahaya.
BAB II
SIFAT MEKANIK KERAMIK
Keramik biasanya material yang kuat, dan keras dan
juga tahan korosi. Sifat-sifat ini bersama dengan kerapatan yang rendah dan
juga titik lelehnya yang tinggi, membuat keramik merupakan material struktural
yang menarik.
Aplikasi struktural keramik maju termasuk komponen untuk mesin mobil dan struktur pesawat. Misalnya, TiC mempunyai kekerasan 4 kali kekerasan baja. Jadi, kawat baja dalam struktur pesawat dapat diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama hanya dengan diameter separuhnya dan 31 persen berat. Semen dan tanah liat adalah contoh yang lain, keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan menghasilkan objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat seperti alumina (Al2O3) dan silikon karbida (SiC) digunakan sebagai abrasif untuk grinding dan polishing. Keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan untuk patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah khusus bila bahan ini digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-elektron yang terdelokalisasi memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah tetangganya tanpa semua ikatan dalam strukturnya putus. Hal inilah yang memungkinkan logam terdeformasi di bawah pengaruh tekanan. Tapi, dalam keramik, karena kombinasi ikatan ion dan kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser. Keramiknya dengan mudah putus bila gaya yang terlalu besar diterapkan.
Faktur rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat. Dalam padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material yang amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur, sehingga permukaan putus kemungkinan besar mulus penampakannya. Kekuatan tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan. Sifat Hantaran Listrik. Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai isolator. Beberapa isolator keramik (seperti BaTiO3) dapat dipolarisasi dan digunakan sebagai kapasitor.
Keramik lain menghantarkan elektron bila energi ambangnya dicapai, dan oleh karena itu disebut semikonduktor. Tahun 1986, keramik jenis baru, yakni superkonduktor temperatur kritis tinggi ditemukan. Bahan jenis ini di bawah suhu kritisnya memiliki hambatan = 0. Akhirnya, keramik yang disebut sebagai piezoelektrik dapat menghasilkan respons listrik akibat tekanan mekanik atau sebaliknya.
Sering pula digunakan bahan yang disebut dielektrik. Bahan ini adalah isolator yang dapat dipolarisasi pada tingkat molekular. Material semacam ini digunakan untuk menyimpan muatan listrik.
Kekuatan dielektrik bahan adalah kemampuan bahan tersebut untuk menyimpan elektron pada tegangan tinggi. Bila kapasitor dalam keadaan bermuatan penuh, hampir tidak ada arus yang lewat. Namun dengan tegangan tinggi dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke pita konduksi. Bila hal ini terjadi arus mengalir dalam kapasitor, dan mungkin disertai dengan kerusakan material karena meleleh, terbakar atau menguap. Medan listrik yang diperlukan untuk menghasilkan kerusakan itu disebut kekuatan dielektrik. Beberapa keramik mempunyai kekuatan dielektrik yang sangat besar.Porselain misalnya sampai 160 kV/cm. Sebagian besar hantaran listrik dalam padatan dilakukan oleh elektron. Di logam, elektron penghantar dihamburkan oleh vibrasi termal meningkat dengan kenaikan suhu, maka hambatan logam meningkat pula dengan kenaikan suhu.
Sebaliknya, elektron valensi dalam keramik tidak berada di pita konduksi, sehingga sebagian besar keramik adalah isolator. Namun, konduktivitas keramik dapat ditingkatkan dengan memberikan ketakmurnian. Energi termal juga akan mempromosikan elektron ke pita konduksi, sehingga dalam keramik, konduktivitas meningkat (hambatan menurun) dengan kenaikan suhu.
Beberapa keramik memiliki sifat piezoelektrik, atau kelistrikan tekan. Sifat ini merupakan bagian bahan "canggih" yang sering digunakan sebagai sensor. Dalam bahan piezoelektrik, penerapan gaya atau tekanan dipermukaannya akan menginduksi polarisasi dan akan terjadi medan listrik, jadi bahan tersebut mengubah tekanan mekanis menjadi tegangan listrik. Bahan piezoelektrik digunakan untuk tranduser, yang ditemui pada mikrofon, dan sebagainya. Dalam bahan keramik, muatan listrik dapat juga dihantarkan oleh ion-ion. Sifat ini dapat diubah-ubah dengan merubah komposisi, dan merupakan dasar banyak aplikasi komersial, dari sensor zat kimia sampai generator daya listrik skala besar. Salah satu teknologi yang paling prominen adalah sel bahan bakar. Kemampuan penghantaran ion didasarkan kemampuan keramik tertentu untuk memungkinkan anion oksigen bergerak, sementara pada waktu yang sama tetap berupa isolator. Zirkonia, ZrO2, yang distabilkan dengan kalsia (CaO), adalah contoh padatan ionik.
2.1 Serbuk
Keramik Silikat
Efek Domino pada Pemrosesan Keramik
Sesuai dengan sifat alami keramik, bahan baku keramik yang digunakan untuk produksi
mempunyai banyak kendala yang mempengaruhi pada sifat akhir benda jadi
dibandingkan dengan kelompok bahan lain misal logam atau polimer. Hal ini
dikarenakan tidak terdapat tahapan penghalusan lanjut untuk keramik, tidak
seperti logam (peleburan – pembekuan – deformasi plastik). Pada dasarnya, “apa
yang masuk – itulah yang keluar”. Semua ketidak-sempurnaan pada bahan baku
diperbanyak kedalam pembesaran ketidak-sempurnaan dalam produk yang disinter. Efek
domino ini menekankan ketergantungan dari sifat akhir produk keramik dalam
karakteristik semua tahapan pemrosesan, dan secara umum dalam karakteristik
bahan baku, secara harfiah bila terdapat kesalahan dalam satu tahap pemrosesan
keramik maka akan mempengaruhi secara nyata hasil akhir keramiknya.
2.2
Mineralogi Keramik
Keramik secara tradisional berdasar
pada mineral oksida, atau mineral-mineral lain dimana dapat berubah menjadi
oksida-oksida luluh, seperti hidroksida, karbonat, sulfida, halida, phospatat
dll. Mineral-mineral ini merupakan gabungan dari sebagian besar unsur yang ada
dipermukaan bumi ini. Bagaimanapun juga, berkenaan dengan keunggulan oksigen
dalam kerak bumi, hampir setengah unsur yang telah dikenali terjadi secara
normal sebagai oksida, biasanya oksida kompleks seperti silikat. Struktur
silikat meliputi sejumlah besar unsur-unsur dalam tabel periodik. Jadi, kita
dapat secara nyata mengatakan bahwa “ separo dari dunia ini adalah
keramik…”Deret unsur-unsur relatif besar dimana sering terdapat dalam keramik
meliputi: O, Al, Si, Ca, Mg, Ti, Na, K. Hal ini menarik untuk dicatat, bahwa
beberapa keramik penting menunjukkan konsentrasi yang agak tinggi pada air
laut. Sungguh, sebagian besar MgO dengan kemurnian tinggi (suatu bahan tahan
api yang penting) sekarang ini disediakan dari air laut. Bagaimanapun juga, sebagian
besar mineral penting dalam keramik berasal dari transformasi batu beku dari
perapian (igneous rock), seperti halnya granit atau basal dimana kristal
terbentuk dari magma (siapa tahu lumpur lapindo merupakan bahan baku keramik
maju yang tersedia).
Batu-batu ini adalah silikat kompleks, dimana
komposisi dapat menggambarkan kandungan dari oksida biner sederhana seperti
silika, alumina, alkali dll. Silika, oksida yang relatif besar di Bumi (62%
berat dari kerak kontinental Bumi) adalah dasar dari klasifikasi ini. Batu
dengan proporsi SiO2 yang tinggi (dan biasanya mengandung alumina yang tingi –
dimana merupakan komponen kedua terbesar di kerak Bumi, mengandung 16% berat)
dikenal dengan nama asidik (acidic), dan dengan silika rendah (dan biasanya mengandung
magnesia yang tinggi {[3,1% dari kerak bumi] dan/atau kalsia [5,7% dari kerak
bumi]): didefinisikan sebagai dasar. Alumina agak tidak umum dalam batuan
dasar, dan sebaliknya: magnesia adalah tidak umum dalam batuan asidik. Hal ini
sangat menguntungkan untuk produksi bahan tahan api khususnya: kontaminasi
silang dari batuan dasar dan asidik akan menyebabkan kehilangan ketahanan api
yang signifikan, yaitu secara signifikan menurunkan titik lebur yang
mengkontaminasi bahan. Kristalisasi dari batuan beku dari perapian menjadikan
formasi dari silikat dan mineral-mineral lain penting dalam pemrosesan keramik.
Istimewanya, hal ini dipercaya dimana kerusakan dari beberapa silikat, diikuti
dengan sedimentasi, membentuk formasi mineral tanah liat.Bahan baku dasar untuk
keramik tradisional termasuk lempung, silika SiO2, dan Fledspars (K, Na)
AlSi3O8, dan beberapa industri kimiawi lain. Tidak ada mineral-mineral yang
digunakan dalam pemrosesan tradisional keramik dapat diperlakukan sebagai
“komposisi tetap”. Yaitu, mereka tidak mempunyai komposisi yang diberikan oleh
formula kimia. Sebagai contoh, kandungan silika pada lepung Kaolin secara umum
bervariasi pada 45% berat sampai 50% berat, dan alumina 35 % berat sampai 40%
berat. Keseimbangan dipengaruhi oleh komponen yang mudah menguap (air dan
organiks), dari 10% berat sampai 15% berat. Jumlah ini dapat dibandingkan
dengan formula kimiawi ideal dari mineral-mineral silikat terpilih berikut:
Ø Mineral
Formula Kimia Ideal Kaolinit Al2(Si2O5)(OH)4
Ø Halosit
Al2(Si2O5)(OH)4 2H2O
Ø Piropillit
Al2(Si2O5)2(OH)2
Ø Monmorilonit
(Al1,67 Na0,33 Mg0,33)(Si2O5)2(OH)2
Ø Mika
Al2K(Si1.5Al0,5)2 (OH)2
Ø Ilit
Al2-xMgxK-1-x-y(Si1,5-yAl0.5+YO5)2(OH)2
2.3
Pemrosesan Mineral
Teknik modern dan keramik unggul
membutuhkan serbuk kemurnian tinggi dimana akan sangat menguntungkan dan
mempunyai karakteristik tertentu (keuntungan dijabarkan dalam seluruh proses
penggilingan (milling) dan klasifikasi prosedur serbuk keramik). Salah satu
kemungkinan klasifikasi dari bahan baku keramik berhubungan dengan teknik
pemrosesan maju/unggul yaitu:
Mineral mentah (crude minerals): tanah liat (gerabah, ubin, bola, bentonit), serpihan, bauksit mentah, kianit mentah.
Mineral Industri: bola lempung dimurnikan, kaolin,
bentonit dimurnikan, piropilit, talek, feldspar, nepelin syenit, wolastonit,
spodumen, pasir kaca, batu api tembikar (potter’s flint), kianit, bauksit,
sirkon, rutil, bijih krom, kaolin kalsinasi, dolomit, dan banyak lagi yang lain
Industri Kimia: alumina kalsinasi (dari proses Bayer), magnesia kalsinasi (dari
air laut), alumina fusi, magnesia fusi, silikon karbida (proses Acheson), abu
soda, barium karbonat, titania, titaniat kalsinasi, oksida besi, ferit
kalsinasi, sirkonia kalsinasi stabil, pigmen sirkonia, pigmen sirkon kalsinasi.
Operasi peremukan dan penggerindaan awal pada deposit
mineral ditujukan membebaskan komponen yang tidak dikehendaki (ketidak-murnian,
organik) dengan menempatkan dan/atau pemisahan magnetik, dan pengumpulan
partikel-halus mineral murni (misal lempung) dengan pengambangan (floating).
Secara alami, lempung hasil proses mempunyai variasi yang lebar dalam komposisi
dan ukuran partikel, tergantung pada lokasi dan pemrosesan mineral. Sebagai
contoh, salah satu pencemar yang paling tidak dikehendaki dalam kaolin adalah
oksida besi, dimana akan secara efektif menghitamkan barang yang putih. Kaolin
Georgia kualitas tinggi dikenal akan kemurniannya (rendah besi) dan sifat
perapian putih bagus. Bola lempung pada umumnya lebih banyak mengandung bahan
organik (menunjukkan “hilangnya” permulaan dalam diagram komposisional) dan
lebih plastik.
BAB III
KESIMPULAN
Makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang
keramik. Dalam pembuatan makalah ini, mahasiswa dituntut supaya bersifat
mandiri untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dan membawa kemajuan kepada
kehidupan sehari-hari. Mahasiswa juga dapat menimba pengatahuan dan sifat-sifat
material keramik.
Secara umumnya, keramik kristalin dan amorf (non kristalin). Dalam material kristalin terdapat keteraturan jarak dekat maupun jarak jauh, sedang dalam material amorf mungkin keteraturan jarak pendeknya ada, namun pada jarak jauh keteraturannya tidak ada. Beberapa keramik dapat berada dalam kedua bentuk tersebut, misalnya SiO2, (lihat gambar, a struktur yang kristalin,
Kesimpulannya, makalah ini yang baik haruslah
mempunyai harapan-harapan yang tinggi, mudah dimengerti dan supaya dapat
diterima oleh para pembaca. Makalah ini telah mencapai aspek-aspek yang telah
dikemukakan dan berpotensi untuk menjadi pengetahuan yang popular dikalangan
masyarakat sekarang.